Aplikasi abu janjang bertujuan untuk menggantikan pupuk MOP dan sebagai bahan pengapuran untuk menaikkan pH tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemupukan dengan abu janjang di tanah gambut lebih efektif dibanding dengan pemupukan MOP.
ABU JANJANG
A. Sifat dan Nilai Abu Janjang
a. Abu janjang adalah hasil pengabuan secara perlahan-lahan dari janjangan kosong di dalam incinerator. Produksi abu janjang adalah sekitar 0,5 % dari TBS.
b. Abu janjang mempunyai kandungan hara Kalium (K) yang tinggi dan dapat dipakai sebagai pengganti pupuk MOP. Satu kg abu janjang setara dengan 0,6 kg MOP.
c. Abu janjang mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
Sangat alkalis (pH = 12).
Sangat higroskopis (mudah menyerap uap air dari udara).
Mengiritasi tangan karyawan (menyebabkan gatal-gatal dan memperparah luka).
Hara yang terkandung di dalamnya amat mudah larut di dalam air.
d. Adanya sifat-sifat tersebut di atas, maka abu janjang harus cepat diaplikasikan (tidak boleh disimpan lama). Penyimpanan harus baik (sebaiknya dalam kantong plastik, tidak langsung dalam karung goni) dan selalu diperlakukan dengan hati-hati.
e. Abu janjang dengan kadar air lebih dari 10 % tidak dianjurkan untuk diaplikasikan. Aplikasi abu janjang dalam setahun tidak boleh lebih dari satu kali.
f. Abu janjang pada dasarnya adalah pupuk K dan sekaligus sebagai bahan pengapuran. Sasaran aplikasi lapangan terutama pada areal gambut dan tanah masam.
g. Tujuan aplikasi abu janjang adalah :
Sebagai pengganti pupuk MOP.
Sebagai bahan pengapuran untuk menaikkan pH tanah.
B. Areal Aplikasi Abu Janjang
a. Prioritas aplikasi abu janjang adalah pada areal gambut/tanah masam.
b. Persyaratan areal aplikasi adalah :
Tanah gambut dan tanah masam acid-sulphate : diberikan tiap tahun.
Di daerah dengan tanah masam bukan acid-sulphate (pH tanah 4-5), abu janjang hanya diberikan sekali saja dalam 5 tahun. Kalau diberikan terlalu sering maka ada resiko kenaikan pH tanah yang terlalu tinggi (> 5,5).
c. Pada tanah mineral, abu janjang hanya diberikan pada TM. Pada tanah gambut, selain pada TM abu janjang juga diberikan pada TBM tahun ke-2 dan ke-3.
C. Dosis dan Waktu Aplikasi Abu Janjang
a. Abu janjang dapat dipakai sebagai pengganti MOP dengan dosis aplikasi 5 kg abu janjang untuk setiap 3 kg MOP (dibagi dalam 2 kali aplikasi per tahun).
b. Pada TM, abu janjang dapat diberikan setiap waktu sepanjang tahun dengan memperhatikan cara aplikasinya dan jadwal waktu pengambilan sampel daun (minimal 2-3 bulan sebelum pengambilan contoh daun). Khusus untuk TBM harus diperhatikan bahwa jarak waktu antara pemupukan Urea dan abu janjang minimal 4-6 minggu.
D. Persiapan Aplikasi Abu Janjang
a. Abu janjang bersifat amat alkalis dan mengiritasi kulit (caustic), karena itu harus dicegah abu janjang mengenai kulit karyawan. Jika kulit terkena abu janjang maka harus segera dibasuh dengan air yang banyak.
b. Karyawan penabur abu janjang harus diperlengkapi dengan :
Sarung tangan dari karet yang panjang
Pakaian kemeja kerja lengan panjang
c. Karena abu janjang amat higroskopis (menyerap uap air dari udara), maka ukuran takaran harus dikalibrasi dengan berat abu janjang kering. Takaran ukuran 3,3 liter misalnya akan memuat abu janjang 2 kg.
E. Cara Aplikasi Abu Janjang
a. TBM di Tanah Gambut
Abu janjang disebar merata di daerah piringan. Waktu aplikasi harus mempunyai selang waktu minimal 4-6 minggu dengan saat aplikasi pupuk Urea.
b. TM di Tanah Mineral atau Gambut
Abu janjang disebar merata di luar piringan, dalam lingkaran mengelilingi pokok dimulai dari batas piringan ke arah luar (2,0-3,5 meter dari pokok).